Sabtu, 20 Mei 2017

Tiga Bukti Kelemahan TNI, Terlalu Mudah Kasihan!

Aksi prajurit wanita TNI. Foto: BBC


Walau memiliki prestasi mentereng dan selalu dipuji dalam setiap latihan militer multilateral bersama negara lain. Namun Tentara Nasional Indonesia juga memiliki kelemahan. Terutama bila kita melihat sejarah TNI dalam operasi militer menumpas pemberontakan yang mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kelemahan itu adalah TNI terlalu memiliki jiwa belas kasih. Dalam setiap generasi TNI dari sejak perang Kemerdekaan sampai sekarang, dari Panglima sampai prajurit, jiwa belas kasih sebagai akar budaya Nusantara ini susah sekali dihilangkan.

Berikut adalah contoh potret jiwa belas kasih yang terlalu berlebihan yang dimiliki TNI pada musuh-musuhnya:
Kapten Reymond Westerling. Gambar: historia.co.id


1. Capten Reymond Westerling

Siapa yang tak jenderal yang satu ini, dia adalah salah satu komandan pasukan NICA Belanda paling kurang ajar selama perang kemerdekaan. Tapi setelah pengakuan kemenangan RI oleh Belanda lewat Konferensi Meja Bundar tahun 1949, orang ini malah diampuni atas segala kekejamanya pada rakyat Sulawesi selama masa Revolusi.

Timbal baliknya? setelah diampuni Westerling malah memimpin lagi pemberontakan APRA di Bandung. Sekali lagi Westerling kalah dan tertangkap dalam pemberontakan yang membunuh ratusan orang di kota Bandung. Saat ditangkap, kenapa gak ditembak mati aja ya?

Westerling akhirnya dibawa ke pengadilan lalu divonis mati. Nah setelah vonis mati, dirinya malah kabur ke Singapura lalu kemudian pulang ke Belanda. Dan saat tiba di kota Denhaag disambut meriah rakyat Belanda selayaknya pahlawan.

Xanana Gusmao saat ditangkap oleh aparat ABRI tahun 1992. Foto: roda2blog.com


2. Xanana Gusmao
Lagi-lagi hulubalang negeri ini memperlihatkan rasa belas kasihanya. Xanana Gusmao adalah musuh utama negara yang menggerakkan kelompok bersenjata di Timor Timur untuk memberontak pada NKRI. Saat berhasil ditangkap, kenapa sih gak ditembak mati aja? dia malah seenaknya pamer senyuman. Padahal jika ditembak mati pun tak akan ada yang protes atau menuntut HAM.

Seperti halnya yang menimpa para komandan makar di NKRI dalam sejarah awal kemerdekaan, seperti DN Aidit, Kartosuwiryo dan Tan Malaka.

Penglima GAM Abdullah Syafii akhirnya ditembak mati TNI tahun 2000 setelah pamer foto ini. Sayangnya, TNI kemudian memilih berdamai dengan GAM. 


3. Gerakan Aceh Merdeka

Dengan alasan bencana alam, pemerintah memutuskan menempuh jalan perundingan damai. Padahal dalam sebelum Tsunami tahun 2004 itu terjadi, GAM telah mengalami kelumpuhan militer 95%. Hampir semua panglima komando tempur AGAM juga sudah tewas di tangan TNI.

Untuk apa mengadakan perjanjian pada sebuah organisasi yang sekarat diambang maut?. Sebuah langkah yang patut ditanyakan.

Tanpa adanya upaya damai, orang-orang Aceh juga akan memahami bahwa setelah tragedi itu terjadi pemerintah NKRI lebih banyak berbuat untuk rekonstruksi daripada GAM dan serta merta menyadari bahwa GAM sudah tidak relevan lagi.

Bandingkan dengan perlakuan Amerika Serikat pada Saddam Husein atau musuh-musuhnya yang lain. Kalau ketemu, kena ya dihukum mati. 

Sumber: roda2blog.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar