Rabu, 31 Mei 2017

Mengapa Senjata Asal Cina Bisa Tewaskan Prajurit TNI? Ini Jawaban Perwira


Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) menginvestigasi insiden yang terjadi pada pelatihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) di Tanjung Datuk, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.

Perwira Urusan Penerangan Korem 033/ Wira Pratama, Lettu Tatang Rohimat, di Tanjungpinang, Kamis, mengatakan informasi tentang insiden dalam pelatihan PPRC masih simpang siur sehingga perlu diinvestigasi.

Namun ia menegaska, peristiwa yang mengakibatkan empat orang prajurit meninggal dunia dikategorikan sebagai kecelakaan."Tidak ada unsur kesengajaan. Ini murni kecelakaan," ucapnya.

Tatang mengatakan kemungkinan meriam giant bow yang digunakan dalam latihan perang itu dalam kondisi aus. Karena itu, arah tembakan meriam tidak tepat sasaran.

"Seluruh pejabat TNI AD berada di Natuna sejak beberapa hari lalu. Komandan Korem 033 Brigjen TNI Fachri berada di Natuna sejak Minggu lalu," katanya.

Ia mengemukakan sampai sekarang belum ada informasi terbaru terkait rencana kunjungan Presiden Joko Widodo ke Natuna pada Sabtu (19/5). "Belum ada informasi pembatalan atau penundaan kunjungan Presiden ke Natuna," katanya.

Sementara ini, kata Tatang, informasi awal yang didapatkan korban sebanyak 10 orang. Kemudian bertambah dua orang.

Sumber republika.co.id

Kisah Prabowo Menangkap Dua Agen Australia di Papua Nugini

Prabowo Subianto saat ditugaskan di Papua tahun 1980
Kejadiannya sekitar pertengahan tahun 1980-an. Saat itu pangabnya LB Moerdani kalau tidak salah. Dia udah lama nerima laporan intel kalau OPM sering mendapat pasokan senjata yg diselundupkan dari Papua Nugini (PNG). Ketika dikonfirmasi ke otoritas PNG, mereka tidak tahu menahu mengenai hal tersebut. Akhirnya Benny memutuskan untuk mengambil langkah sendiri untuk mengidentifikasi siapa/negara mana yang bermain. Caranya? ya langsung masuk ke wilayah PNG tanpa permisi.

Yang ketiban untuk melaksanakan tugas ini adalah Den 81 yang saat itu dipimpin oleh Prabowo. Sasaran mereka adalah suatu lokasi di wilayah PNG, sekitar 50 km dari tapal batas perbatasan dengan Indonesia. Pasukan ini berangkat dari Jayapura naik heli, kemudian sampai di suatu tempat dan melanjutkan misi dengan perahu karet agar tidak terdeteksi otoritas PNG.

Perjalanan dengan perau karet menuju lokasi sasaran terhadang oleh besarnya ombak (dini hari) di perairan sebelah utara PNG. Seorang anggota Kopassus sampai terluka cukup parah untuk mempertahankan perahu dari terjangan ombak. Akhirnya mereka berhasil sampai di titik pendaratan, dan langsung bergerak menuju lokasi sasaran.

Setiba di lokasi, unit kopassus ini segera mencari tempat-tempat yang dicurigai sebagai lokasi penimbunan pasokan senjata. Namun hasilnya nihil. Tapi mereka tidak menyerah. Setelah menunggu selama dua hari dua malam, akhirnya mangsa mereka muncul. Dua orang kulit putih muncul dari balik rimbunnya hutan PNG, melintasi posisi pasukan kopassus yag sama sekali tidak mereka rasakan keberadaannya.

Segera kedua orang ini diamankan. Setelah diperiksa dan diinterogasi, keduanya diketahui sebagai agen Australia. Mereka kemudian menunjukkan lokasi tempat helikopter Australia mengedrop pasokan senajata dan amunisi untuk OPM. Sayang, karena persediaan menipis, Kopassus tidak punya waktu untuk menunggu sampai terjadinya pengedropan tersebut.

Kedua bule itu dibawa kembali ke Indonesia. Dan beberapa bulan kemudian diekstradisi ke Australia. Sejak saat itu, Australia tidak berani bertindak macam-macam lagi (mungkin karena malu ketahuan). Mereka juga baru sadar kalau kopassus mampu melakukan operasi jauh di dalam wilayah musuh. Bahkan tidak menutup kemungkinan kopassus bisa beroperasi di pedalaman Australia tanpa terdeteksi. Inilah yang kemudian membuat nama Kopassus sangat disegani oleh tentara Aussie.

Cerita lengkapnya ada di buku Kopassusnya Ken Conboy

Gunakan Sebatang Rumput, Serda Woli Jadi Juara Dunia Menembak Mengalahkan Negara Lain Yang Pakai Alat Canggih

Serda Woli Hamsan. Foto: Penkostrad
Serda Woli Hamsan salah satu anggota Kontingen TNI Angkatan Darat menjadi petembak terbaik dalam perlombaan Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) 2017 di Puckapunyal, Australia.

Banyak tantangan yang dihadapi di sana. Namun Serda Woli membuktikan prajurit TNI tak mudah dikalahkan walau dengan alat canggih sekali pun.

Masalah pertama adalah soal cuaca. Iklim di Australia berbeda dengan Indonesia. Di sana suhu bisa mencapai 4 sampai 10 derajat celcius, sehingga cukup dingin.

"Mungkin yang agak sulit cuaca karena kalau di Indonesia itu kan kita biasa cuaca cukup panas 27-29 derajat celcius. Sehingga itu harus punya kiat-kiat khusus untuk mengatasi cuaca di sana," kata Serda Woli di Mabes TNI AD, Selasa (30/5).

Pengalaman yang menarik dan paling diingat dari Serda Woli adalah soal arah angin. Pada saat angin kencang, prajurit dari negara lain membawa alat yang canggih untuk mengukur arah angin dan kecepatannya. Sedangkan Indonesia hanya cukup mengambil rumput dari bawah yang dilempar ke atas. Dari sana para prajurit TNI sudah punya perkiraan akurat soal arah angin dan kecepatannya.

Hasilnya justru kontingen Indonesia mendapat nilai terbaik saat angin kencang bertiup. Ternyata modal sebatang rumput bisa mengalahkan wind meter. Hal ini cukup membuat tentara lain bengong.

"Katanya kok begitu saja dengan cara seperti itu bisa cepat menembaknya kita yang menggunakan yang canggih kurang bagus menembaknya begitu," kata Serda Woli.

Dia mengakui lawan terberat datang dari tuan rumah Australia. "Ya mungkin mereka sudah menguasai medan ya," kata Serda Woli.

Atas prestasinya, Serda Woli mendapatkan sebuah rumah dari Kepala Staf TNI AD Jenderal Mulyono. Tak cuma itu, Kasad juga membebaskan Serda Woli untuk memilih lokasi rumahnya sendiri. Dia mengaku bersyukur atas hadiah itu.

Saat ini Serda Woli bertugas di Kostrad Depok. Dia mengaku ingin pensiun nanti di Depok juga.

"Mungkin di Depok, mungkin ya," kata Serda Woli Hamsan.

Sumber: merdeka.com


Minggu, 28 Mei 2017

TNI: Meriam Meledak Malafungsi, Bukan karena Buatan China

Tentara Nasional Indonesia (TNI) tak menuding kualitas produk Republik Rakyat Tiongkok (RRT) menjadi sebab meriam Giant Bow malafungsi hingga membunuh empat prajurit dan melukai delapan lainnya di Natuna, Kepulauan Riau, pada Rabu, 17 Mei 2017.


Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat, Brigadir Jenderal Alfret Denny Tuejeh, malafungsi senjata militer bisa terjadi pada produksi mana pun.

"Insiden di Natuna ini memang akan diinvestigasi, tetapi dalam rangka untuk mengetahui secara pasti penyebab kejadian ini. Bukan karena meriamnya produk China (Tiongkok). Produk negara mana pun kalau terjadi insiden serupa, kan, harus diinvestigasi," ujar Alfret melalui pesan tertulis kepada VIVA.co.id, pada Jumat, 19 Mei 2017.

TNI, kata Alfret, selalu mengkaji kelayakan setiap alat utama sistem persenjataan (alutsista). Ia memastikan TNI menyampaikan hasil investigasi kepada publik. Namun, ia menegaskan, investigasi sama sekali bukan untuk menyoroti kualitas alutsista asal Tiongkok.

Kualitas alutsista produk Tiongkok kerap disorot. Sebuah peluru kendali (rudal) jenis C705 produksi Tiongkok terlambat meluncur ketika digunakan dalam latihan gabungan militer XXIV/2016 pada September 2016. Peristiwa itu bahkan disaksikan Presiden Joko Widodo.

Peristiwa termutakhir ialah sebuah meriam Giant Bow, produksi Tiongkok juga, malafungsi sehingga menembak liar tak terkendali lalu mengenai para prajurit latihan pendahuluan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat TNI di Natuna, Kepulauan Riau, pada Rabu, 17 Mei 2017.

Meriam termasuk senjata andalan yang digunakan Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) TNI Angkatan Darat. TNI memiliki 18 unit meriam Giant Bow yang tersebar di Satuan Arhanud se-Indonesia. Sembilan di antaranya ditempatkan di Markas Batalion Artileri Pertahanan Udara Ringan 1/Kostrad di Serpong, Tangerang, Banten.

TNI bahkan menyebut meriam Giant Bow “memiliki kecepatan tembak yang spektakuler” dan “senjata yang sangat efektif untuk melawan sasaran udara yang terbang rendah”. Giant Bow salah satu senjata yang dikategorikan twin gun karena memiliki laras ganda.

sumber : http://nasional.news.viva.co.id

Pangarmabar: Latihan Siaga Tempur Laut Koarmabar 2017 Libatkan 23 KRI

Panglima Komando Armada Barat (Pangarmabar) Laksamana Muda TNI Aan Kurnia,S.Sos memimpin pelaksanaan TFG Tactical Floor Game pada Latihan Siaga Tempur Laut Koarmabar 2017 berlangsung di Batam, Sabtu (20/5/2017).

Latihan Siaga Tempur Laut Koarmabar 2017 dilaksanakan mulai tanggal 18 Mei s.d 22 Mei 2017 di perairan Kepulauan Riau yang merupakan wilayah kerja Koarmabar (Batam, Tanjung Uban dan Laut Natuna) dimana pelaksanaannya akan dibagi menjadi 2 (dua) tahap yaitu Tahap Pangkalan/Harbour Phase yang meliputi kegiatan symposium (tentang penerbangan, kesehatan dan operasi militer), pelayanan kesehatan, olah raga persahabatan dan interaksi sosial yang dikemas dalam berbagai kegiatan, serta Tahap Laut/Sea Phase yang meliputi kegiatan latihan tempur dan manuver lapangan unsur/kapal di perairan Laut Natuna.

Dalam latihan kali ini TNI AL Koarmabar melibatkan 23 kapal perang berbagai jenis, 3 pesawat udara, 2 tim Komando Pasukan Katak Koarmabar, 2 Tim Penyelam Dislambair Koarmabar, Tim Puspenerbal, serta Tim Kesehatan, Skenario latihan Koarmabar melaksanakan Operasi Siaga Tempur Laut dan Siaga Keamanan Laut. Laut China Selatan (LCS) merupakan daerah operasi yang mengalami kontijensi akibat gelar kekuatan lawan untuk mengklaim kepemilikan suatu wilayah yang disebut sebagai “Nine Dash Line”.

Kontijensi mengalami peningkatan karena intensitas pelanggaran wilayah semakin tinggi oleh pihak lawan. Sehingga Presiden memerintahkan Panglima TNI untuk melaksanakan operasi tempur di wilayah yang sering dilanggar oleh kekuatan lawan untuk mengamankan wilayah NKRI.

Selanjutnya Panglima TNI perintahkan Pangarmabar selaku Pangkogaslagab (Panglima Komando Tugas Laut Gabungan) untuk melaksanakan operasi penghancuran kekuatan armada laut lawan dalam rangka menegakkan kedaulatan pada wilayah yang dilanggar kekuatan lawan.

Latihan kali ini menurut Pangarmabar Laksda TNI Aan Kurnia,S.Sos yang diberi sandi “Latihan Siaga Tempur Laut Koarmabar 2017” bertujuan untuk melatih dan menguji kemampuan tempur SSAT Sistim Senjata Armada Terpadu yaitu Pangkalan,Kapal Perang,Marinir dan Pusnerbal hal ini guna memelihara dan meningkatkan kemampuan tempur secara individu maupun terintegrasi sekaligus melaksanakan pengendalian laut di wilayah operasi Koarmabar.

Dikatakan pula bahwa latihan ini memiliki sasaran yang sangat strategis yaitu : Pertama, tercapainya pemantapan kemampuan unsur-unsur Koarmabar, Kedua, terwujudnya kesiapan unsur-unsur Koarmabar, Ketiga, tercapainya peningkatan kemampuan dan kesiapan tempur jajaran Koarmabar.

Setelah melaksanakan latihan, seluruh unsur-unsur KRI Siaga Tempur Laut menuju Tanjung Uban guna melaksanakan kaji ulang terhadap latihan yang telah dilaksanakan di perairan Natuna sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan latihan yang akan datang dilanjutkan dengan kegiatan kerja bhakti sosial dan bemberian paket sembako kepada masyarakat,bersih-bersih kampung nelayan di Mentigi,pengecatan tempat ibadah Mesdjid,pembersian jalan dan pembenahan fasilitas olahraga kegiatan ini merupakan bagian dari pembinaan potensi maritim (Potmar) dan rangkaian dari Latihan Siaga Tempur Laut Koarmabar 2017.

Dalam Tactical Floor Games Pangarmabar didampingi Danguskamlabar Laksma TNI Bambang Irwanto, M.Tr. (Han),Danlantamal IV Kolonel Laut (P) R.Eko Suyatno,S.E,M.M.

Sumber http://rri.co.id/…

140 Unit Rudal Hell Fire Bakal Jadi Amunisi Helikopter Apache TNI AD

Foto-foto helikopter serang AH-64E Apache Guardian milik Tentara Nasional Indonesia (TNI-AD) muncul secara online beberapa hari terakhir ini. Helikopter serang itu tampak sedang menjalani tes di Amerika Serikat.

Jakarta akan mendapat delapan unit AH-64E yang dipesan dari kesepakatan 1,42 miliar dollar Amerika Serikat, ini juga termasuk 140 peluru kendali anti-tank (ATGM) AHM-114R3 Hellfire-II, mesin cadangan, subsistem elektronik, pelatihan, suku cadang, simulator dan item pendukung lainnya. Nilai dari peralatan pertahanan utama ini sekitar 500 juta dollar Amerika Serikat.

Indonesia menandatangani kesepakatan tersebut pada bulan Agustus 2013 dan Boeing menerima pesanan 296 juta dollar Amerika Serikat untuk memproduksi AH-64E pada bulan Januari 2015. Indonesia akan bergabung dengan Qatar dan India sebagai pengguna baru Apache (yang terakhir bertanggung jawab untuk memproduksi helikopter Apache Guardian).

AH-64E akan digunakan TNI-AD sebagai dukungan udara jarak dekat dalam operasi kontra pemberontakan dan pembajakan.

Jakarta sedang mengupayakan modernisasi komprehensif untuk angkatan bersenjata mereka.

TNI-AD juga akan mendapatkan kendaraan lapis baja Kaplan MT (dikembangkan bersama oleh FNSS Turki dan PT Pindad Indonesia) untuk dipasangkan dengan AH-64E.

Angkatan Laut Indonesia akan mendapat tiga kapal selam Type 209 Chang Bogo dan kapal perang SIGMA 10514 berdasarkan pesanan dari Korea Selatan dan Belanda. Selain itu, Indonesia juga tertarik dengan kapal selam Type 214, Reis Class.

Angkatan Udara Indonesia juga menambah armada F-16 mereka melalui program Excess Defence Articles (EDA) Block-25. Mereka juga mengejar Sukhoi Su-35 dari Rusia, sebagaimana dilansir dari QUWA.org (21/05).

Sumber https://lancercell.com/

Puspom TNI Blokir Rekening Rp 139 Miliar Penyedia Helikopter AgustaWestland AW101


Pusat Polisi Militer TNI setelah bekerja sama dengan Pusat Pelaporan Transaksi dan Analisis Keuangan, memblokir rekening milik PT Diratama Jaya Mandiri senilai Rp 139 miliar.

Pemblokiran tersebut karena perusahaan tersebut adalah penyedia helikopter AgustaWestland AW101 yang diadakan TNI Angkatan Udara tahun anggaran 2016.
Pemblokiran tersebut sehubungan dengan penetapan tiga tersangka dari unsur TNI karena pembelian tersebut berpotensi merugikan negara senilai Rp 220 miliar.

"Barang bukti blokir atas nama Diratama Jaya Mandiri selaku penyedia barang sebesar Rp139 miliar," kata Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo saat memberikan keterangan pers di KPK, Jakarta, Jumat (26/5/2017).

Menurut Gatot, barang bukti berupa uang tunai bisa saja ditemukan dalam tahap penyidikan selanjutnya.

Untuk sementara ini, kata dia, penyidik baru memblokir rekenig tersebut sebagai barang bukti.

"Uang-uang tunai yang disita akan bertambah pasti. Tapi ini yang berhasil diamankan, pemblokiran rekening Rp136 miliar," kata bekas Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat itu.

PT Diratama Jaya Mandiri yang berkantor di Sentu, Bogor, adalah salah satu tempat yang sudah digeledah.

Ketua KPK Agus Rahardjo mengatakan geledah dilakukan di empat lokasi yakni di sebuah tempat di Bidaraka, rumah saksi di Bogor dan rumah swasta di Sentul City.

Pada kasus tersebut, Pusat Polisi Militer TNI telah menetapkan tiga tersangka dari unsur militer hasil bekerja sama dengan KPK.

Sumber http://m.tribunnews.com/…